47. RESONANSI JIWA : HARGA WAKTU SEORANG AYAH

Resonansi jiwa harga waktu seorang ayah

Seperti malam-malam sebelumnya, Herry, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka, saat itu tiba di rumahnya jam 9 malam. Dan tidak seperti biasanya, Bunga, putri pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu untuknya. Ia-pun nampaknya sudah menunggu cukup lama.

“Kok, belum tidur sayang?” Sapa Herry sambil mencium anaknya. Karena biasanya, Putri satu-satunya ini sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Ayah menuju ruang keluarga, Bunga menjawab, “Aku sengaja menunggu Ayah pulang. Karna bunga ingin tanya berapa sih gaji Ayah sebulan?”

“Lho tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi ya?” Ujar Herry.

“Ah, enggak kok... pengen tahu aja.” Jawab Bunga.

“Nah sekarang Bunga boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar 400.000 rupiah. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari bekerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa? Ayo kamu tebak?”

Bunga berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajarnya, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi.

Ketika Herry beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Bunga berlari mengikutinya.
“Kalau satu hari ayah dibayar 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jamnya Ayah digaji 40.000,- dong,” kata Bunga.

“Wah, anak Ayah betul-betul pintar. Ya udah, sekarang Bunga cuci kaki, dan langsung bobok ya!,” perintah Herry.

Tetapi Bunga tak beranjak. Sambil menunggu ayahnya berganti pakaian, Bunga pun kembali bertanya, “Ayah, Bunga boleh pinjam uang 5.000,- nggak?”

“Ahh sudah Bunga, nggak usah macam-macam lagi ya. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Ayah kan capek Bunga. Ayah mau mandi dulu ya. Sekarang kamu tidur.!”

“Tapi, Ayah.

”Namun sepertinya kesabaran Herry-pun habis, “Ayah bilang tidur Bunga!” Bentak Herry mengejutkan Bunga.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.

Seusai mandi, Herry nampaknya menyesali tindakannya tadi. Ia pun menengok Bunga ke kamar tidurnya. Ternyata anak kesayangannya itu belum tidur. Malah sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang 15.000,- di tangannya.

Herry berbaring di samping Bunga sambil mengelus kepala bocah itu, dan berkata, “Bunga, maafkan Ayah ya nak. Ayah sayang sama Bunga. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan 5.000,- lebih dari itu pun akan Ayah kasih.”

Mendengar hal itu Bunga memandang wajah Ayahnya dan berkata, “Ayah, Bunga nggak minta uang sama Ayah. Bunga hanya meminjam. Nanti Bunga akan kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan Bunga selama seminggu ini.”

“Iya... Ayah mengerti, tapi buat apa Bunga?” tanya Herry lembut.

“Bunga menunggu Ayah dari jam 8. Karena Bunga mau mengajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, Bunga mau membeli waktu Ayah. Ketika Bunga buka tabungan, ternyata hanya ada 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar 40.000,-, maka setengah jamnya harusnya 20.000,-. Sedangkan uang tabungan Bunga kurang 5.000,-. Makanya Bunga mau pinjam dari Ayah,” kata Bunga polos.

Mendengar keterangan anaknya itu Herry pun terdiam dan kehilangan kata-kata. Lalu dipeluknya bocah kecil itu erat-erat. Dan di dalam angan-angannya ingin sekali rasanya ia menemani anaknya itu bermain ular tangga sampai pagi.


Untuk mp3 nya silahkan download di link berikut ini:
Resonansi Jiwa : Harga Waktu seorang Ayah mp3

Cerita Resonansi Jiwa Terbaru

0 Response to "47. RESONANSI JIWA : HARGA WAKTU SEORANG AYAH"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel