33. Resonansi Jiwa : Rautan Meja Kayu

Cerita motivasi Resonansi Jiwa Rautan meja kayu

Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anak dan menantu perempuannya, serta seorang cucu yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua tangan orangtua itupun begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya pun buram, dan cara berjalannya pun ringkih.
Keluarga itu biasa makan bersama di ruang makan. Tapi, sang orangtua yang pikun itupun sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan matanya yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpupun kerap jatuh ke bawah meja makan. Dan disaat kakek ingin meraih gelas, tiba-tiba susu yang ada di dalam gelas itupun tumpah membasahi taplak.

Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Karena mereka merasa direpotkan oleh semua ini.

"Kita harus lakukan sesuatu, Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk bapak tua ini." Ujar sang suami.

Kedua suami-istri itupun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Di sanalah, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan bersama. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga memberikan mangkuk kayu untuk si kakek.
Sering saat keluarga itu sibuk dengan makan malam mereka, terdengar isak sedih dari sudut ruangan. Ada airmata yang tampak mengalir dari gurat keriput kulit wajah si kakek. Meski tidak ada gugatan lagi darinya. Tiap kali nasi yang dia suap, selalu ditetesi airmata yang jatuh dari sisi pipinya. Tapi, kata yang keluar dari suami-istri ini hanya selalu berupa omelan agar ia tak menjatuhkan makanan lagi.
Sedangkan anak mereka yang berusia 6 tahun hanya memandangi semuanya dalam diam ketika kakeknya diperlakukan semena-mena.

Hingga suatu malam sebelum tidur, sang ayah memperhatikan anaknya yang sedang memainkan mainan kayu. Dan bertanya lembut kepada anaknya. "Anakku kamu sedang membuat apa?".

Dan si anakpun menjawab, "Aku sedang membuat meja kayu buat ayah dan ibu, untuk makan saat aku besar nanti. Setelah itu, akan kuletakkan di sudut rumah, dekat tempat kakek yang biasa makan." Anak itu tersenyum dan melanjutkan kembali pekerjaannya.
Mendengar jawaban itu kedua orangtuanya begitu sedih dan terpukul. Mereka tidak mampu berkata-kata lagi. Lalu, air matapun mulai bergulir dari kedua pipi mereka. Walau tidak ada kata-kata yang terucap, orangtua dari anak tadi mengerti, ada sesuatu yang harus diperbaiki.

Dan merekapun sepakat akan makan bersama di meja makan dengan sang kakek. Tidak akan ada lagi omelan yang keluar saat ada piring yang jatuh, atau makanan yang tumpah atau taplak meja yang ternoda karna minuman yang ditumpahkan sang kakek. Kini, mereka bisa makan bersama lagi di meja utama.

Dan sang anakpun tidak lagi meraut untuk membuat meja kayu untuk orang tuanya kelak.

Classy people…

Anak adalah persepsi dari kita. Mata mereka akan selalu mengamati, telinga mereka akan selalu menyimak, dan pikiran mereka akan selalu mencerna setiap hal yang kita lakukan.
Mereka menirukan segalanya. Jika mereka melihat kita memperlakukan orang lain dengan sopan, hal itu pula yang akan dilakukan oleh mereka saat dewasa kelak.
Orangtua yang bijak, akan selalu menyadari, setiap "bangunan jiwa" yang disusun, adalah pondasi yang kekal buat masa depan anak-anaknya.
Karena itu mari kita susun bangunan itu dengan bijak. Untuk anak-anak kita, untuk masa depan kita, dan untuk semuanya. Karena untuk merekalah kita akan selalu belajar, bahwa berbuat baik pada orang lain, adalah sama halnya dengan tabungan masa depan kita.

Jika anak hidup dalam rasa diterima dan persahabatan, dia akan belajar mencari cinta di seluruh dunia.

Untuk mp3 nya silahkan download di link berikut:
Resonansi Jiwa : Rautan Meja Kayu mp3

Untuk Semua Judul Resonansi Jiwa silahkan lihat di link berikut:
Resonansi Jiwa Lengkap 93 Judul

0 Response to "33. Resonansi Jiwa : Rautan Meja Kayu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel