34. RESONANSI JIWA : CINTA DI SENJA PERNIKAHAN

Resonansi Jiwa : Cinta di senja pernikahan

Setelah 21 tahun menikah, saya tiba-tiba menemukan cara baru dalam menyalakan api cinta kami. Api yang muncul tak terduga dari orang-orang yang begitu berharga. Tapi jarang saya sadari kehadirannya, karena terlalu terbiasa.

Ceritanya berawal pada suatu waktu, istri saya mengusulkan agar saya berkencan dengan seorang wanita lain. Tapi ketika saya protes dan mengajaknya untuk ikut, dia malah mengatakan kalau itu adalah acara khusus bagi saya.

Ternyata perempuan yang dimaksudnya itu adalah Ibu saya yang telah menjanda selama 19 tahun. Saya jarang menemuinya memang karena kesibukan kerja dan mengurus tiga orang anak kami. Dan malam itu saya mengajaknya makan malam dan nonton film hanya berdua saja.

Ibu saya adalah tipe orang yang cepat curiga kalau menerima telepon di tengah malam, atau menerima undangan yang datangnya tiba-tiba. Bagi dia itu pasti akan membawa berita buruk. "Ada apa dengan istrimu?" Terdengar suara ibu saya dari ujung telepon.

"Oh..., tidak ada apa-apa bu. Saya pikir sudah lama saya tidak menemani ibu untuk makan malam dan mengajak ibu jalan. Pasti akan menyenangkan, apakah ibu mau menerima undangan saya ini?"

"Oh itu, ibu kira ada apa. Oke, ibu setuju", jawabnya setelah terdiam beberapa lama.

Dan besok malamnya, sepulang kantor saya langsung ke rumah ibu. Dia terlihat begitu gembira dan berdandan resmi sekali. Ibu telah menata rambutnya di salon dan dia memakai gaunnya yang terbaik. Gaun yang dipakai pada pesta ulang tahun perkawinannya yang terakhir ketika ayah masih hidup.

Ibu menyambut saya dengan senyum lebar. "Kamu tahu nak, tadi saya bilang ke teman-teman tentang rencana kita ini. Mereka semua kaget dan merasa ikut senang seperti ibu sekarang. Mereka bilang besok pagi ingin tahu ceritanya," Kata ibu seraya masuk ke dalam mobil.

Saya cuma tersenyum, lalu kami pergi ke restoran yang agak mahal. Suasananya begitu elegan, begitu menyenangkan. Ibu menggandeng lengan saya ketika memasuki ruangan persis seperti first lady, jalannya begitu anggun.

Saya harus membacakan daftar menu karena ibu tidak bisa lagi membacanya walau dengan kacamata tebal. Ketika sedang membaca daftar menu, saya berhenti sejenak melihat ibu yang sedang memandangi saya dengan senyuman. "Dulu, ibu yang membacakan kamu daftar menu ketika kamu masih kecil," katanya dengan mata menerawang.

"Heh, ibu santai saja. Sekarang giliran saya yang melayani ibu," jawab saya dengan lembut.

Sambil makan, kami membincangkan banyak hal sehari-hari. Tidak ada topik yang istimewa, tapi obrolan kami mengalir begitu saja sampai-sampai kami terlambat untuk menonton film.

Disaat mengantar ibu pulang, di depan pintu ibu berkata. "Anakku, ibu mau pergi lagi dengan kamu, tapi lain kali ibu yang akan bayar."

Dan aku pun mengangguk setuju.

Sesampai di rumah istri saya bertanya, "Bagaimana dengan kencanmu?"

"Sangat menyenangkan. Lebih dari yang saya duga. Tadinya saya tidak tahu mau ngomongin apa sama ibu." Jawab saya dengan senang.

Beberapa hari kemudian, ibu meninggal dunia karena serangan jantung. Begitu mendadak kejadiannya, sehingga saya tidak sempat berbuat apa-apa untuk menolong ibu.

Satu minggu berlalu, sepucuk surat tiba dari restoran tempat ibu dan saya makan malam. Surat itu dilampiri kopian tanda lunas, dan ada selembar kertas yang diselipkan di situ yang bertuliskan:

"Ibu sudah bayar makan malam kita, karena rasanya tidak mungkin kita makan malam bersama lagi. Walaupun begitu, ibu sudah bayarkan untuk dua orang, barangkali kamu bisa gunakan untukmu dan istrimu. Terimakasih anakku, undangan makan malam mu begitu berarti. Yang mencintaimu, Ibu."

Pada detik itulah, saya mengerti apa pentingnya arti bahwa kita mengatakan kepada orang-orang yang kita sayangi mengenai perasaan kita. Mengatakan kepada orang yang kita sayangi bahwa kita sungguh mencintainya, selagi kita sempat. Karena itu, katakanlah cinta, jangan pernah menunggu. Siapa tahu, ketika cinta itu kita tahan saat akan mengucapkannya, orang itu telah tiada lagi.



Untuk mp3 nya silahkan download di link berikut ini:
Resonansi Jiwa : Cinta di Senja Pernikahan mp3


Cerita Resonansi Jiwa Terbaru

0 Response to "34. RESONANSI JIWA : CINTA DI SENJA PERNIKAHAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel