41. RESONANSI JIWA : BURUNG PIPIT

Resonansi jiwa burung pipit

Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor burung pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan. Dan lalu ia mengumpat pada lingkungan yang tidak bersahabat kepadanya.

Lalu ia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya. Terbang jauh ke utara yang konon kabarnya udaranya selalu dingin dan sejuk. Benar, pelan-pelan ia merasakan kesejukan udara, makin ke utara semakin sejuk. Ia semakin bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa nafsu ia tidak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin tebal dan akhirnya ia jatuh ke tanah karna tubuhnya terbungkus oleh salju. Sampai ke tanah, salju yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal.

Si burung pipit tidak mampu berbuat apa-apa. Dia menyangka bahwa riwayatnya telah tamat saat itu. Ia merintih menyesali nasibnya.

Mendengar suara rintihan si burung pipit, ada seekor kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si pipit kecewa mengapa yang datang hanya seekor kerbau. Ia pun menghardik si kerbau agar menjauh dan mengatakan bahwa makhluk yang tolol, tidak akan mampu berbuat sesuatu untuknya.

Si kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri kemudian buang air kecil tepat di atas burung pipit tersebut.

Si pipit semakin marah dan memaki-maki si kerbau, lagi lagi si kerbau tidak bicara. Ia hanya maju satu langkah dan ia mengeluarkan kotorannya di atas tubuh si burung pipit. Ketika itu ia tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau dan si burung pipit mengira dia akan mati karena tidak bisa bernapas.

Namun perlahan-lahan ia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulu-bulunya perlahan-lahan meleleh oleh hangatnya kotoran kerbau tadi.

Kemudian ia dapat bernafas lega dan melihat kembali langit yang cerah. Si burung pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas-puasnya.

Karena mendengar suara nyanyian si burung pipit ada seekor kucing yang menghampiri sumber suara tersebut. Ia mengulurkan tangannya mengais tubuh si burung pipit dan kemudian menimang-nimangnya, menjilati tubuhnya, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu-bulu si burung pipit.

Begitu bulunya bersih si burung pipit bernyanyi kegirangan. Ia mengira telah mendapatkan teman yang ramah dan baik hati. Namun apa yang terjadi kemudian, ketika itu juga dunia terasa gelap gulita baginya, dan tamatlah riwayat si burung pipit saat itu.


Classy people

Dari kisah ini banyak pesan moral yang dapat kita pakai sebagai pelajaran, diantaranya halaman tetangga yang nampak lebih hijau belum tentu cocok buat kita. Dan baik buruknya penampilan jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran. Serta ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan jangan lupa dan jangan terburu nafsu agar tidak kebablasan.


Untuk mp3 nya silahkan download di link berikut ini:
Resonansi Jiwa : Burung Pipit mp3


0 Response to "41. RESONANSI JIWA : BURUNG PIPIT"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel